1987
Dari Sebuah kehidupan keluarga kecil
Hadirlah ya Maulana
Seperti itu mereka memanggilnya.
Tak terasa 15 tahun sudah terlewati,
Seperti kehidupan normal lainnya
Namun keputusan orang tua untuk memberikan pendidikan jauh dari kota asal
Dan aku harus menetap disana,
Aku sempat berpikir, bagaimana cara berpikir orang tuaku,
Tentang bagaimana mungkin di usiaku sedini ini,
aku hidup tanpa satupun wajah yang ada dalam ingatanku
Namun apapun itu mungkin ini adalah jalan kehidupanku yang memang harus kutempuh
Sempat meneteskan air mata, saat membayangkan tangan ibuku,meninggalkan aku di kota asing.
Namun aku harus tetap berdiri, tetap mengepalkan tangan menjadi lelaki dan memang seharusnya lelaki
Inilah awal ketika kehidupan nyata dapat kulihat,
Seiring berjalannya waktu,aku bagaikan daun yang terombang ambing tanpa dahan.
Aku bertahan dengan bekal yang pada saat itu yang mungkin hanya cukup untuk 2 hari saja aku makan.
Sedangkan itu adalah bekalku untuk 1 minggu,
Kadang aku menjerit setiap malam, dinginnya alas untuk aku merebahkan diri dan perihnya perutku yang tak terisi.
Apa yang harus kulakukan, kadang aku berpikir untuk meminta lebih uang bekalku, namun aku sadar aku bukan anak semata wayang yang dibiayai orang tuaku apalagi keadaan bapaku yang tidak tentu pendapatannya.Akhirnya disamping aku mencari pendidikan.
Dari Sebuah kehidupan keluarga kecil
Hadirlah ya Maulana
Seperti itu mereka memanggilnya.
Tak terasa 15 tahun sudah terlewati,
Seperti kehidupan normal lainnya
Namun keputusan orang tua untuk memberikan pendidikan jauh dari kota asal
Dan aku harus menetap disana,
Aku sempat berpikir, bagaimana cara berpikir orang tuaku,
Tentang bagaimana mungkin di usiaku sedini ini,
aku hidup tanpa satupun wajah yang ada dalam ingatanku
Namun apapun itu mungkin ini adalah jalan kehidupanku yang memang harus kutempuh
Sempat meneteskan air mata, saat membayangkan tangan ibuku,meninggalkan aku di kota asing.
Namun aku harus tetap berdiri, tetap mengepalkan tangan menjadi lelaki dan memang seharusnya lelaki
Inilah awal ketika kehidupan nyata dapat kulihat,
Seiring berjalannya waktu,aku bagaikan daun yang terombang ambing tanpa dahan.
Aku bertahan dengan bekal yang pada saat itu yang mungkin hanya cukup untuk 2 hari saja aku makan.
Sedangkan itu adalah bekalku untuk 1 minggu,
Kadang aku menjerit setiap malam, dinginnya alas untuk aku merebahkan diri dan perihnya perutku yang tak terisi.
Apa yang harus kulakukan, kadang aku berpikir untuk meminta lebih uang bekalku, namun aku sadar aku bukan anak semata wayang yang dibiayai orang tuaku apalagi keadaan bapaku yang tidak tentu pendapatannya.Akhirnya disamping aku mencari pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar